Selasa, 14 Juni 2016

Menemukan Ide Cerita yang Orisinil



                Ide cerita yang orisinil itu menurut saya sekarang ini sudah tidak ada lagi. Ada jutaan cerita dengan ide-ide yang mirip. Contohnya saja kisah cinta vampir dan manusia. Ada Twilight ada Vampire Diaries, di webtoon ada Untoucheable, ada Orange Marmalede. Contoh lainnya ide superhero ada Heroes, X-men, Avenged dan lain-lain.
                Kesamaan ide dari sebuah cerita tidak dapat diartikan sebagai plagiarisme. Fenomena tuduhan plagiarisme akibat kesamaan ide ini pernah terjadi sekitar tahun 2015. Saya ingat waktu itu drama Korea favorit saya Kil me Heal Me dituduh plagiarisme oleh drama TV sebelah, bahkan sang penulis drama tersebut sampai mengirimkan tuntutan ke pengadilan kalau nggak salah. Bagaimana hasilnya? Tentu saja dia kalah dan mendapat malu. Memang ada kesamaan ide pada dua drama Korea tersebut, namun penokohan, alur dan unsur-unsur intrinsik lainnya berbeda jauh.
                Beberapa hari yang lalu saat saya sedang mengecek notif di wattpad saya baru saya menemukan pesan dari salah seorang teman. Beliau mengatakan pernah menemukan manga yang mirip dengan Unrequited Love. Saya bertanya apa judulnya. Namun pesan itu sampai sekarang belum dibalas, maklum teman saya mengirimi saya pesan bulan Januari sementara saya baru membalasnya bulan Juni (hehe). Saya sudah jarang mengunjungi wattpad karena fokus pada lomba YALN bulan Maret-April kemarin.
                Karena pesan itu tak juga dibalas, saya lantas berasumsi bahwa manga itu dan novel saya hanya memiliki kesamaan ide. Bukan berarti saya telah melakukan plagiarisme. Saya yakin kalau mau dicocok-cocokan antara novel saya dengan manga tersebut pasti tidak ada satu kalimat pun yang sama.
Setahu saya, negara Jepang adalah salah satu negara yang welcome terhadap LGBT. Banyak manga yang saya baca menganggap LGBT bukan fenomena melainkan hal biasa saja. Salah satu contohnya adalah manga yang saya sukai jaman SD Card Captor Sakura. Tokoh utama di manga ini yang namanya Syaoran dan Sakura jatuh cinta pada orang yang sama yaitu Yukito. Karena waktu kecil saya tak akrab dengan isu LGBT saya sempat berseteru dengan saya gara-gara anime ini. Kami sama-sama bingung Syaoran itu sebenarnya cowok apa cewek. Kalau cowok kenapa dia suka Yukito? Kalau cewek kenapa dadanya rata?
                Di lain pihak, novel saya kontra terhadap LGBT. Saya dengan berani mengakui hal ini karena agama dan kepercayaan saya dari kecil sudah mengajarkan demikian. Dari sisi ini saja, saya yakin bahwa cerita dari manga itu tidak mungkin sama dengan cerita dari novel saya karena amanat pengarangnya pasti berbeda. Untuk mendukung teori kontra LGBT dalam novel ini, saya telah melakukan riset yang cukup detail selama satu tahun.

                Akan saya berikan tips-tips untuk menghindari plagiarisme. Yaitu :
1.       Bacalah buku-buku dari penulis yang berbeda
Jika kita menyukai karangan Tereliye dan kita cenderung suka membaca novelnya  wajar saja jika naskah kita akan dibilang sangat mirip dengan naskah Tereliye. Dalam benak kita sengaja atau tidak pasti kita beranggapan tulisan gaya Tereliye  yang terbaik, maka kita akan berkiblat padanya. Inilah yang membuat gaya penulisan kita jadi mirip dengan gaya Tereliye sehingga bisa-bisa kita dituduh plagiarisme. Untuk itu bacalah baca dari berbagai penulis dan temukan gaya kita sendiri.
2.       Jika kita menemukan sebuah quotes menarik dari sebuah bacaan lalu kita ingin mengutipnya sertakanlah kreditnya.
Hal ini sering saya dapati dari novel karangan Kak Windhy, Kak Windhy selalu menuliskan sumber-sumber quotes yang dituliskan dalam novelnya di akhir halaman. Kalau saya lebih suka menuliskan langsung sumber quotes itu di halaman itu juga.
3.        Perbanyak membaca buku dan melakukan riset.
Seandainya kita memang terinspirasi oleh sebuah naskah dan ingin menulis ide yang sama jangan telan mentah-mentah ide itu. Baca banyak buku sejenis dan lakukan riset secara mendalam tentang ide tersebut. Kedalaman riset yang kita lakukan akan tampak pada tulisan kita dan membuktikan bahwa kita tidak hanya sekedar menjiplak ide dari naskah yang sudah ada.
4.       Mix and Macth Ide
Padukan ide yang kita temukan dengan berbagai ide lainnya sehingga ide dalam naskah kita tidak akan benar-benar mirip dengan ide dari naskah yang menginspirasi kita.

Salam Penulis ^^

Minggu, 12 Juni 2016

Batas AntaraTerinspirasi dan Plagiarisme




Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Yang digolongkan sebagai plagiarisme:
  • menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain
  • mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya
Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme.
  • Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
  • Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
  • Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
  • Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
  • Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
  • Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
  • Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
Hal-hal yang tidak tergolong plagiarisme:
  • menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
  • menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.
  • mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.
Sumber: wikipedia.com Jika ingin tahu lebih banyak tentang plagiarisme silahkan baca di sini.
         
              Beberapa waktu yang lalu ada satu review dari Kak April yang membuat saya sangat tertarik. Yaitu review tentang novel best seller berjudul Dear Nathan karya Erisca Febriani. Novel ini sempat disebut-sebut sebagai plagiarisme dari Novel berjudul Jingga dan Senja Series karya Esti Kinasih.
            Saya lalu memutuskan untuk meluncur ke wattpad dan membaca karya tersebut. Yah... mungkin karena faktor umur dan pola pikir saya tak merasa tertarik membaca novel tersebut. Secara umur sudah seperempat abad kalau masih baca teenlit itu rasanya sesuatu . ^^
            Plagiarisme itu pada dasarnya digunakan dalam dunia akademis. Yaitu saat kamu mengutip tulisan seseorang lalu memasukannya dalam skripsimu tanpa menyebutkan sumbernya. Sementara plagiarisme dalam dunia seni masih sangat sulit untuk dibuktikan kecuali jika memang ada beberapa beberapa kalimat yang sama persis.
Jika yang ditiru hanya ide cerita saja, plotnya saja, atau karakternya saja atau satu scene adegan saja namun dituliskan dengan gaya yang berbeda tidak bisa dianggap plagiarisme itu masih bisa masuk dalam ranah terinspirasi. Tahu kan tentang sastra jenis fansfiction yang sedang ramai dibicarakan? Fansfiction tidak bisa disebut plagiarisme karena mereka mengakui dengan jujur bahwa mereka memang terinspirasi dari suatu cerita.
Jujur saya belum pernah baca Jingga dan Senja Series jadi saya belum tahu semirip apa tulisan Kak Esti dengan Erisca (ini nanti berniat beli hehe). Tapi selama tidak ada parafrase yang sama persis Erisca tidak bisa dituduh sebagai plagiarisme.
Namun, saya sangat menyayangkan sikap Erisca yang sangat tidak dewasa dalam menanggapi kritikan. Masa sih dia sampai memblokir orang-orang yang memberinya kritikan? Atau membalas beberapa kritikan dengan bahasa yang sakartis?
Wahai para penulis muda. Berhentilah menjadi keras kepala. Kritikan tidak akan membuatmu hancur. Dengarkan saja segala kritikan, ikuti kritikan yang membangun dan lupakan kritikan yang hanya berisi hujatan. Tanggapi kritikan dengan sopan atau abaikan saja, jangan sekali-kali menjawab kritikan dengan emosi. Kamu boleh membela diri tapi tetap harus sopan. Sikapmu yang antipati pada kritikan itulah yang membuat orang tak berhenti mengkritikmu. Yakinlah jika kamu bersikap baik, orang-orang yang menghujatmu itu akan malu sendiri. Merendah tidak akan membuatmu menjadi lebih rendah sedangkan tinggi hati malah membuatmu terlihat kecil.
Kamu kan mahasiswa yang nantinya akan menulis skripsi. Nanti kamu juga akan menerima kritikan dan hujatan yang lebih parah dari dosen pembimbing dan penguji. Kamu masih muda dan punya potensi yang besar. Jangan tutupi mata dan telingamu dari orang-orang yang sebenarnya berharap kamu menjadi lebih baik.

Kata Mereka tentang Unrequited Love

   Lagi-lagi saya promosi... Kali ini saya akan menampilkan beberapa komentar teman-teman saya selama saya masih menuliskan novel ini di GWP (Gramedia Writting Project). Sebenarnya ada banyak sekali komentar yang masuk, namun karena beberapa mengandung spoiler jadi tidak dapat saya tampilkan.

Itu beberapa komentar dari teman-teman saya di GWP. Terima kasih untuk teman-teman yang telah mendukung saya sehingga akhirnya saya bisa menyelesaikan Unrequited love. Ada juga komentar dari editor GWP yang sangat saya hormati Mbak Didit. Terima kasih telah bersedia membaca novel saya di tengah kesibukan kakak, semoga persalinannya lancar.
Itulah sedikit gambaran mengenai Unrequited Love menurut para temanteman yang telah membacanya. Semoga setelah membaca komentar-komentar ini ada yang tertarik beli yah.... Biasalah penulis indi seperti saya harus berjuang ekstra keras kalau mau bukunya laris. ^^

Sabtu, 11 Juni 2016

Etika dalam mereview

   Saya beberapa kali membaca review di goodread.com yang tidak terlalu menyenangkan. Ada beberapa review yang sangat antipati pada sebuat novel, menghujat tanpa ampun bahkan memberi ratting satu bintang untuk novel tersebut. Sebagai sesama penulis, di situ saya terkadang merasa sedih. T^T
   Wahai teman-teman reviewer, mohon milikilah etika yang baik dalam hal berkomentar. Jika memang menurut Anda novel tersebut kurang baik, sampaikanlah dengan bahasa yang halus. Berikan kritikan tanpa menyakiti hari si penulis. 
    Ketahuilah bahwa sebuah naskah lahir dari sebuah keringat dan upaya yang tidak sedikit. Hargailah usaha keras penulis tersebut. Kita adalah bangsa yang memiliki etika dan budaya. Kebebasan berpendapat memang dijamin, namun junjunglah pula norma sosial untuk tidak saling menyakiti satu sama lain. 
     Bayangkanlah itu penulis itu adalah diri Anda sendiri. Bagaimana jika Anda sudah menulis sebuah karya dengan penuh dedikasi tapi malah dihujat seperti itu? Belum tentu juga Anda bisa menciptakan karya yang lebih baik dari para penulis yang Anda hina itu. Merendahkan orang lain tidak lantas membuat posisi Anda lebih tinggi daripada orang yang direndahkan.
   

Jumat, 10 Juni 2016

Memuaskan Pembaca




                Salah satu dari tujuan penulis tentu adalah memuaskan pembaca. Yaitu bagaimana agar setelah membaca buku kita si pembaca mulai baper dan merenungkan segala amanat yang kita sampaikan, bukannya berniat melemparkan buku kita ke laut.
                Lalu bagaimana sebenarnya cara memuaskan pembaca? Apakah karakter harus kuat? Apakah harus ada plot twist yang keren? Apakah deskripsi setting yang detail? Apakah diksi yang mendayu-dayu? Ataukah klimaks yang luar biasa? Jika Anda bertanya pada saya jawabannya adalah tidak ada.
                Mengapa bisa begitu? Sebaik apa pun suatu karya pasti ada saja kecacatan di dalamnya. Bahkan penulis sekelas J.K Rowling pun belum tentu dapat memuaskan pembacanya. Pasti ada saja satu atau dua orang pembaca yang merasa kurang puas.
                Saya sangat mengagumi Iliana Tan dengan Winter in Tokyo-nya. Menurut saya, novel beliau sangat mengalir, deskripsinya cukup detail serta penggalian karakternya juga cukup dalam. Namun saat saya berkelana ke goodreads.com saya menemukan cukup banyak orang yang mencela Illana. Bahkan ada yang mengatakan karya Illana itu pasaran, mudah ditebak, seperti sinetron Indonesia dan bahkan memberi ratting satu! Saya pun juga pernah merasakan hal itu. Ada beberapa buku yang dipuja-puji banyak orang, tapi ketika saya membacanya atas rekomendasi mereka, menurut saya buku itu biasa saja.
Sebut saja Twilight Saga yang dicintai sejuta umat. Menurut saya buku ini tak menarik. Saya pecinta thriller, saya berharap buku ini menampilkan adegan action thriller yang keren. Temanya tentang vampir juga sangat keren. Namun setelah membaca buku ini saya kecewa. Buku ini lebih banyak bermain di romance dan itu tidak sesuai dengan harapan saya.
Sebenarnya adegan action pada buku pertama Twilight itu ada, yaitu pada saat ada sepasang vampir yang mengincar Bella. Edwar pun bertarung untuk menyelamatkan Bella. Namun adegan itu diskip begitu saja oleh penulisnya karena Bella pingsan. (Terkutuk kamu Bella! Pingsan di saat yang tidak tepat!)
Hal yang sama juga terjadi di buku empat. Saat Aro dan koleganya hendak bertarung dengan keluarga Edward. Pertarungan tidak terjadi karena Aro telah melihat masa depan melalui Alice bahwa dia akan mati jika pertempuran diteruskan. Untungnya untuk filmnya dua adegan itu tadi tidak diskip sehingga saya bisa sedikit menikmati filmnya.
Novel kedua yang membuat saya kecewa adalah karya Sandra Brown, saya lupa judulnya. Ada teman saya yang mengatakan “Jika kamu ingin menulis cerita romantis dengan baik, bacalah Sandra Brown sebagai referensi.” Saya pun pergi ke Perpustakaan untuk memijam salah satu buku Sandara Brown. Setelah selesai membacanya saya kecewa. Sebenarnya bukan hanya Sandra Brown, hampir semua novel romance dari barat selalu membuat saya eneg. Saya juga sangat terganggu dengan selipan pornografinya yang luar biasa. Sampai saya kadang berpikir “Apa menurut orang barat romance itu sama dengan seks?”
Masih banyak novel-novel yang membuat saya kecewa entah karena klimaksnya yang datar-datar saja, penggalian karakter kurang, terlalu banyak typo, endingnya yang tidak sesuai harapan dan lain sebagainya. Dari itu saya sadar, bahwa tak ada karya yang sempurna. Tak ada karya yang bisa seratus persen membuat pembaca puas. Semuanya hanya soal selera, karena selera orang itu berbeda-beda.
Maka dari itu wahai para penulis, terutama yang masih pemula seperti saya. Jangan sedih jika menerima kritikan dari orang yang merasa kurang puas dengan naskah Anda. Jadikan itu sebagai pelajaran untuk menciptakan karya yang lebih hebat lagi. Percayalah bahwa usaha keras Anda dalam menulis pasti diapresiasi. Seperti kata Kak Rezky Firmansyah “Menulislah dengan hati, maka akan sampai ke hati,”

Sabtu, 04 Juni 2016

Tugas KMO 4



            Postingan kali ini kembali saya tulis dalam rangka memenuhi tugas KMO 06 yang keempat. Tugas kali ini adalah tentang menuliskan tiga halaman pertama dari draft tulisan saya. Sejujurnya saya agak kesulitan menulis karya non fiksi. Di bangku kuliah saya sudah terlalu banyak menulis paper. Saya mahasiswa FKM (Fakultas Kebanyakan Makalah), makanya menulis karya non fiksi itu bagi saya tak ubahnya seperti mengerjakan tugas kuliah dan membuat bosan. Saya ingin lebih banyak mempelajari tentang dunia sastra. Tapi apalah daya karena sekarang materinya masih nonfiksi saya ikuti saja, semoga nanti saya bisa mendapat materi untuk fiksi juga.
            Sekarang saya akan mencoba mengembangkan tiga halaman pertama dari buku saya yang bertema “Autisme”. Sebenarnya ini adalah tema yang ingin saya gunakan untuk skripsi saya, Semester depan saya sudah masuk peminatan dan awal tahun 2018 Insya Allah saya akan lulus. Peminatan ini membuat saya galau setengah mati karena saya berada di antara dua pilihan PKIP atau Biostatistika. Sampai detik ini pun saya belum berani memutuskan padahal waktunya sudah sangat mepet, akhir bulan nanti saya sudah harus memilih peminatan mana yang saya inginkan.
            Saya sangat tertarik mengambil tema ini sebagai judul karena saya memiliki satu anggota keluarga yang mengidap penyakit ini yaitu keponakan saya, usianya hampir lima tahun sekarang. Dia mengikuti terapi di salah satu tempat terapi di kota Malang dan mengalami banyak perkembangan pesat yang membuat kami sekeluarga sangat bangga.
            Saya berniat mempelajari hal ini lebih mendalam tentang autisme. Kepala sekolah di tempat terapi tersebut telah berbaik hati memberikan kesempatan magang pada libur semester nanti. Beliau bahkan bersedia membantu memilihkan judul yang tepat untuk skipsi saya nanti. Saya berharap apa yang saya tulis nantinya dapat bermanfaat bagi para ibu yang memiliki anak autis seperti keponakan saya. Baiklah sudah cukup curcolnya. Inilah dia, tugas saya.....
BAB I
Apa itu Autisme?

           
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotip.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, diperkirakan ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,5 juta jiwa, berarti ada sekitar satu orang penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir. Angka yang cukup mencengangkan bukan?
Penyebab autisme sampai saat ini masih menjadi misteri. Beberapa ilmuwan berpendapat autisme terjadi faktor utama adalah genetik yang juga dipengaruhi oleh lingkungan. Vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR) pernah dicurigai sebagai penyebab autisme. Namun hingga kini belum ada penelitian yang dapat memberikan klaim tentang hubungan vaksinasi tersebut dengan autisme.
Gejala autis sudah dapat dikenali sejak tiga tahun pertama kehidupan seorang anak. Anak autis biasanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Mereka kesulitan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan dasar mereka.
Mereka memiliki kontak mata yang buruk pada orang maupun benda. Mereka menjadi terlalu fokus pada topik atau benda-benda yang menarik bagi mereka. Emosi mereka labil, mudah menangis dan marah tanpa alasan. Mereka sering melakukan gerak-gerakan tubuh yang aneh tanpa mereka sadari. Mereka mengalami gangguan makan dan gangguan tidur.
Apakah anak Anda gejala di atas? Jangan sedih Bunda, segera bawa anak Anda ke dokter untuk mengetahui diagnosa pastinya dan mendapatkan penanganan segera. Diagnosa autis bukanlah akhir dari dunia. Mungkin ini adalah cobaan yang sangat berat bagi Anda, tapi ingatlah sabda Rasullah, “Semua penyakit pasti ada obatnya,”


Bisakah autisme disembuhkan? Apakah Anda mengenal ilmuwan dunia bernama Thomas Alfa Edison penemu bola lampu? Beliau adalah penderita autisme. Di Indonesia, ada banyak para penderita autis yang telah sembuh. Contohnya Muhammad Valdi, mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Jakarta. Berkat terapi yang dilakukan secara intensif dan terpadu, serta dukungan semua pihak, Valdi berhasil sembuh dari autis bahkan menorehkan sejumlah pretasi dalam cabang olahraga renang.
Sementara, Rendy Ariesta kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1997 juga merupakan penderita autis yang berhasil sembuh melalui terapi Aplied Behaviro Analisis (ABA). Rendy dapat menjalani kehidupan normal sebagaimana pelajar lainnya dengan perolehan nilai yang bagus. Ia dapat menjalani aktivitas secara mandiri seperti naik angkutan kota ke sekolah, bergaul dengan teman sebaya dan mengembangkan hobi menyanyi, menulis lagu dan bermain gitar.
Hal serupa juga dialami oleh Hasan Al Faris Tanjung. Faris yang lahir pada 14 Juni 1998 itu berhasil sembuh dan sejak sekolah dasar menempuh pendidikan di sekolah reguler Al Fikri Depok yang meraih nilai rata-rata 8,8 pada ujian nasional SMP. Faris berhasil sembuh setelah menjalani terapi ABA serta diet dan intervensi biomedis sejak usia 1,5 tahun.
Peristiwa-pertistiwa di atas adalah bukti nyata bahwa autisme dapat disembuhkan. Bunda jangan galau apabila si kecil didiagosa menderita autisme. Jangan merasa sedih hanya karena sterotip dan cemoohan dari orang-orang yang tidak paham tentang autisme. Autisme bukanlah sebuah aib.
Tidak ada seorang pun anak di dunia ini yang ingin dilahirkan dengan kondisi autis. Sayangilah mereka meskipun mereka berbeda. Berilah mereka dukungan semaksimal mungkin agar dapat sembuh. Pandangan lama yang mengatakan autisme tidak dapat disembuhkan itu sudah ketinggalan jaman.
Anak autis tidak bodoh. Sebagian besar anak autis justru memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Hal ini sering kali tak tampak karena mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Saya memiliki seorang keponakan yang menderita autisme. Usianya baru lima tahun namun dia sangat cerdas. Dia bisa membaca isi hati seseorang. Dia tahu mana orang yang benar-benar perduli padanya dan mana orang yang hanya berpura-pura.
Bisakah anak autis hidup mandiri? Faktanya meski anak autis sering anggap sebagai manusia kelas dua yang tak berguna namun mereka dapat hidup mandiri. Dengan terapi perilaku yang baik dan benar sedari kecil anak autis akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
Bagaimanakan terapi yang baik untuk anak autis? Ada berbagai macam terapi yang dapat berikan pada anak autis. Misalnya terapi perilaku, terapi musik, diet dan food dairy, terapi wicara, terapi okupasi, terapi medikamentosa dan lain sebagainya.
Beberapa waktu yang lalu saya mendengar rumor tentang sebuah metode terapi anak autis di Jakarta yang cukup mencengangkan dan tidak berperikemanusiaan. Anak autis di tempat tersebut diikat dan mulutnya ditutup dengan lakban agar mereka menjadi anak yang patuh. Orang tuanya membiarkan saja sebab tak mengerti bagaimana terapi terhadap anak autis yang semestinya.
Saya mendengar isu bahwa dalam dunia terapi autisme ada banyak mafia-mafia semacam ini. Tujuan mereka mendirikan tempat terapi semata-mata demi finansial dan bukan sosial. Hanya dengan sedikit ilmu yang mereka miliki mereka merasa pantas membuka tempat terapi dengan tarif yang sangat tidak rasional. Mereka tak memiliki standar operasional prosedur yang baik bahkan tak perduli apakah anak yang berada dalam pengawasan mereka mengalami perkembangan atau tidak. Malangnya para orang tua yang tidak paham dengan hal ini terjebak dan mengikuti terapi anjuran dari para mafia tersebut.
Untuk itulah saya merasa terketuk untuk menulis tentang hal ini. Saya dan keluarga ingin berbagi pengalaman kami tentang bagaimana cara terapi untuk seorang anak autis yang telah kami pelajari.


Itulah hasil renungan saya tentg tiga halaman pertama buku nonfiksi pertama saya. Mohon bimbingannya coach. ^^
Saya licik nih... sebenarnya ini nggak sampai tiga halaman, tapi saya tambahi gambar wkwkwk....
KMO 06 kelompok 6, Pemateri Bu Ernawatililys