Beberapa waktu yang lalu APA telah
mengirimkan surat teguran pada PDSKJI karena PDSKJI masih meletakan LGBT pada
diagnosis penyakit mental. Hal ini sempat menjadi trending topic di twitter dan
saya juga sempat berdebat dengan seorang dokter (atau orang yang mengaku
dokter) mengenai topic ini. Orang tersebut kelihatannya sangat pro pada
Amerika, bahkan dia mengatakan tidak akan melayani twitt dari orang yang berdebat
berdasarkan agama saja namun tidak membawa referensi ilmiah. Sangat sekuler
sekali orang ini!
Saat itu saya lantas maju sambil membawa
hasil penelitian Paul Cameron dari Family research yang mengatakan bahwa LGBT
dapat disembuhkan. Anehnya, orang ini lantas mengatakan hasil penelitian yang
saya ajukan hanya satu dan tidak dapat menang melawan hasil reset lain yang
dicantumkan dalam surat APA.
Kenapa
kesannya seperti suara terbanyak ya? Menurut saya, kebenaran tidak akan
kehilangan eksistensinya meskipun hanya satu. Sebaliknya propaganda tidak akan
berarti apa-apa meskipun banyak. Apalagi saya paham bahwa hasil penelitian itu
sebenarnya sangat mudah dimanipulasi.
Saya merasa sangat takut pada propaganda
ini. Bagaimana jika akhirnya nanti PDSKJI menuruti keinginan APA ini? Tentunnya
hal ini akan merusak segala tatan nilai dan norma yang telah berlaku di
Indonesia. Perlu diketahui Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi tiang
agama. Ingatlah pada sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”,
Indonesia sangat berbeda dengan negara seperti Amerika yang sebagian besar
penduduknya Atheis.
Agama tidak bisa dipisahkan dari tatanan
peri kehidupan bangsa Indonesia. Dan saya sangat yakin bahwa enam agama yang
diakui di Indonesia ini pasti menolak kebenaran propaganda APA yang menyatakan
bahwa LGBT adalah varian dari seks dan bukan penyakit mental.
Kita tahu bahwa tujuan menikah dan
hubungan suami istri adalah untuk meneruskan garis keturunan. Kenikmatan
seksual hanyalah bonusnya. Lalu mengapa lantas kita harus meniru gaya hidup
para Atheis yang hanya sekedar mencari kepuasan seksual semata dan tidak
mengindahkan norma agama?
Mungkin Anda merasa saya adalah seorang
homofobik setelah membaca tulisan ini, namun ini adalah prinsip hidup saya dan
saya benar-benar tidak dapat membenarkan perilaku homoseksual. Hasil
penelitiannya Paul Cameron menyebutkan bahwa salah satu penyebab homoseksual
berkembang dengan pesat adalah karena kondisi masyarakat yang seolah menerima
hal tersebut. Bukankah sangat berbahaya jika tiba-tiba nanti Indonesia dipenuhi
oleh orang-orang LGBT yang sekuler tadi.
Orang yang mengaku dokter di twitter itu
tadi tidak lagi menjawab tweet saya. Dan kemarin, saya melihat dia menulis tweet
tentang tips mempebesar organ vital pria. Hm... setelah melihat tweet tersebut,
saya rasa saya tidak perlu bersilat lidah dengan orang semacam ini lagi, buang-buang waktu saja.
LBGT di Indonesia saat ini masih seperti
outliers. Dalam statistika, outliers harus dihilangkan agar data
berdistribusi normal. Saya bermimpi suatu saat Indonesia dapat meniru tindakan
Rusia yang telah mengesahkan UU Anti LGBT. Saya juga berharap Bapak Presiden
Jokowi dapat menjadi sekeren Vladimir Puttin yang berkata. “Sebaiknya negara
lain tidak perlu ikut campur dalam urusan negara kami,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar