Rabu, 30 Desember 2015

Curahan hati penulis tanpa buku 2



Sedih rasanya saya saat saya menyadari bahwa naskah yang dillirik oleh para editor GWP bukanlah naskah saya. Tapi tidak apa-apa, saya akan berjuang memperbaiki naskah sehingga suatu saat nanti layak untuk diterbitkan.
Saya senang sekali bisa bergabung dengan Gramedia Writing Project (GWP) di sini saya bertemu banyak orang dan memperoleh banyak masukan. Selama ini naskah saya hanya mengendap di dalam laptop atau hanya dibaca beberapa teman, namun tidak banyak yang memberi masukan. Di GWP ini saya merasa menemukan dunia saya, di mana saya bisa berinteraksi dengan sesama penulis dan saling berkomentar.
Hal yang paling membedakan antara GWP dengan komunitas penulis lainnya adalah karena di sini adalah tempat bersarangnya para editor yang mumpuni. Saya sangat senang sekali saat naskah saya dibaca oleh edit GPU yang  sangat sibuk.  Editor tersebut mengatakan naskah saya kurang mengalir, saya sendiri bingung apa maksudnya kurang mengalir itu. Saat bertanya pada editor yang lain beliau menyarankan agar saya jangan hanya bertanya tapi juga harus banyak membaca.
Akhirnya saya membaca ulang Replay karya Mbak Seplia yang awalnya hanya saya baca sambil lalu. Saya mencoba memahami apa yang ada di novel tersebut dan tidak ada dalam naskah saya. Saya akhirnya sadar bahwa novel ini sangat penuh emosi. Emosi semua tokohnya diangkat ke permukaan. Jika dibandingkan dengan naskah saya, emosi mungkin ada, tapi tidak terlalu tampak. Saya terlalu sibuk membuat dialog dan joke yang tidak berguna. Karya saya juga sangat banyak tokoh sehingga katanya membuat pembaca bingung.
Ada seorang teman saya yang menasihati bahwa apa pun yang kita tulis ke dalam naskah itu harus mendukung alur cerita. Tokoh yang kita tulis harus berkontribusi pada alur, setiap adegan, setting bahkan joke sekalipun harus mendukung alur. Saya sadar sepenuhnya bahwa saya belum memenuhi kriteria ini. Akhirnya meskipun sedih saya membuat hampir seluruh bagian cerita berupa joke juga tokoh yang tidak berkontribusi dalam alur yang sebenarnya sangat saya sukai.
Saya kemudian memperhatikan kembali dua novel dari GWP yang telah saya beli yaitu Cinta Akhir Pekan dan Replay. Gaya bahasa kedua novel tersebut bisa dibilang hampir mirip yaitu menggunakan kalimat baku.  Saya kemudian kembali bertanya pada penulis  Replay apakah gaya bahasa novel yang bagus harus baku seperti itu? Tapi yang menjawab pertanyaan saya malah editor yang pertama mengomentari tulisan saya tadi hehe. Beliau mengatakan bahwa tulisan yang gaul atau tidak baku itu tidak mengalir dan akan membuat bosan. Rasanya saya sedikit paham apa yang dimaksud dengan mengalir. Saya semakin bersemangat untuk memperbaiki naskah, semoga saja naskah saya ini bisa diterbitkan suatu hari nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar